Bio Ansoruna |
Bandung, NU
Online
Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Barat terus melakukan inovasi program kerja, tidak hanya masalah sosial dan keagamaan, tetapi juga dalam bidang ekonomi. Belakangan Bidang Ekonomi PW GP Ansor Jabar mengembangkan bisnis sayur melalui teknik hidroponik dan pupuk organik.
Nurfais Al-Mubarok, Ketua Bidang Ekonomi PW GP Ansor Jabar menjelaskan, program kerja bisnis sayur ini ditempatkan di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Sedangkan yang menjalankan adalah kader-kader GP Ansor di kecamatan tersebut setelah melewati seleksi dan pembinaan.
“Kecamatan Kertasari merupakan daerah sentra sayur yang hari ini rawan konflik lahan. Sehingga dengan hidroponik diharapkan bisa memberi solusi, karena hidroponik merupakan sistem pertanian irit lahan,” ungkapnya kepada NU Online, Sabtu (7/3).
Dia menambahkan, selain teknik hidriponik, pihaknya juga mengembangkan pupuk organik. Hal ini didorong oleh kondisi bahwa di Kecamatan Kertasari banyak warga mempunyai peternakan sapi yang bisa menghasilkan limbah kotoran yang terbuang ke sungai Citarum hingga mencapai 20 ton per hari.
“Sehingga mereka (kader Ansor Kertasari) berinisiatif membuat instalasi yang menghasilkan pupuk padat dan cair khusus untuk hidroponik. Hasil pupuk cair ini diarahkan untuk menjadi basis sistem nutrisi hidroponik,” ujar penanggung jawab riset pupuk organik cair yang produknya diberi nama “Ansoruna” itu.
Soal pupuk organik, Nurfais mengungkapkan bahwa usaha tersebut sudah dirintis sejak dua tahun yang lalu oleh tim kecil dari kader-kader PAC Kertasari. “Alhamdulillah kini coba tersebut berhasil dengan baik, bahkan ketika dibandingkan dengan hidroponik formula pupuk kimia hasilnya jauh lebih memuaskan,” ungkapnya.
Dengan keberhasilan tersebut, pihaknya mengarahkan untuk mengisi pasar sayur eksklusif dan organik yang sudah ditawarkan. Misalnya tawaran dari pesantren Al Ittifaq Ciwidey, Bandung, yang diasuh KH Fuad Affandi yang sudah sejak lama mengisi 54 outlet supermarket sayur. “Ada tuntutan pasar yang trennya ke arah organik. Hari ini kader Ansor kecamatan Kertasari menjawab tuntutan tersebut,” terang Nurfais.
Dia menuturkan benih-benih sayur dikembangkan kini sedang dirumuskan oleh pengurus wilayah. Selain itu, pengurus wilayah juga berencana membangun laboratorium kultur jaringan yang dikelola oleh sumber daya manusia profesional di bawah supervisi sekolah ilmu dan teknologi hayati Institut Teknologi Bandung.
“Ada kurang lebih 70-an jenis sayur ekslusif yang beredar di pasar, misalnya pakcoy, kangkung darat, horenzo, lettuce head, siomak. Tahap awal kita membidik 5 ranking tereksklusif dan mahal, salah satunya saat ini sudah menyebarkan benih asparagus,” tuturnya.
Kalau sistem di PAC Ansor Kertasari sudah selesai, pihaknya baru akan melibatkan pengurus anak cabang lain di kabupaten Bandung. “Insyaallah dari pengurus cabang di kabupaten lain juga yang memiliki daerah sentra sayur,” cetusnya.
Nurfasi mengaku bangga karena program ini lahir dari kreativitas kader-kader PAC Kertasari, sementara Bidang Ekonomi PW Ansor Jabar hanya mengarahkan dan fasilitator untuk pola kerja sama dengan pihak lain.
“Itupun sifatnya bukan sumbangan, tetapi business to business, karena para kader memang sudah siap dan layak,” tandasnya. (Muhammad Zidni Nafi’/Mahbib)
Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Barat terus melakukan inovasi program kerja, tidak hanya masalah sosial dan keagamaan, tetapi juga dalam bidang ekonomi. Belakangan Bidang Ekonomi PW GP Ansor Jabar mengembangkan bisnis sayur melalui teknik hidroponik dan pupuk organik.
Nurfais Al-Mubarok, Ketua Bidang Ekonomi PW GP Ansor Jabar menjelaskan, program kerja bisnis sayur ini ditempatkan di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Sedangkan yang menjalankan adalah kader-kader GP Ansor di kecamatan tersebut setelah melewati seleksi dan pembinaan.
“Kecamatan Kertasari merupakan daerah sentra sayur yang hari ini rawan konflik lahan. Sehingga dengan hidroponik diharapkan bisa memberi solusi, karena hidroponik merupakan sistem pertanian irit lahan,” ungkapnya kepada NU Online, Sabtu (7/3).
Dia menambahkan, selain teknik hidriponik, pihaknya juga mengembangkan pupuk organik. Hal ini didorong oleh kondisi bahwa di Kecamatan Kertasari banyak warga mempunyai peternakan sapi yang bisa menghasilkan limbah kotoran yang terbuang ke sungai Citarum hingga mencapai 20 ton per hari.
“Sehingga mereka (kader Ansor Kertasari) berinisiatif membuat instalasi yang menghasilkan pupuk padat dan cair khusus untuk hidroponik. Hasil pupuk cair ini diarahkan untuk menjadi basis sistem nutrisi hidroponik,” ujar penanggung jawab riset pupuk organik cair yang produknya diberi nama “Ansoruna” itu.
Soal pupuk organik, Nurfais mengungkapkan bahwa usaha tersebut sudah dirintis sejak dua tahun yang lalu oleh tim kecil dari kader-kader PAC Kertasari. “Alhamdulillah kini coba tersebut berhasil dengan baik, bahkan ketika dibandingkan dengan hidroponik formula pupuk kimia hasilnya jauh lebih memuaskan,” ungkapnya.
Dengan keberhasilan tersebut, pihaknya mengarahkan untuk mengisi pasar sayur eksklusif dan organik yang sudah ditawarkan. Misalnya tawaran dari pesantren Al Ittifaq Ciwidey, Bandung, yang diasuh KH Fuad Affandi yang sudah sejak lama mengisi 54 outlet supermarket sayur. “Ada tuntutan pasar yang trennya ke arah organik. Hari ini kader Ansor kecamatan Kertasari menjawab tuntutan tersebut,” terang Nurfais.
Dia menuturkan benih-benih sayur dikembangkan kini sedang dirumuskan oleh pengurus wilayah. Selain itu, pengurus wilayah juga berencana membangun laboratorium kultur jaringan yang dikelola oleh sumber daya manusia profesional di bawah supervisi sekolah ilmu dan teknologi hayati Institut Teknologi Bandung.
“Ada kurang lebih 70-an jenis sayur ekslusif yang beredar di pasar, misalnya pakcoy, kangkung darat, horenzo, lettuce head, siomak. Tahap awal kita membidik 5 ranking tereksklusif dan mahal, salah satunya saat ini sudah menyebarkan benih asparagus,” tuturnya.
Kalau sistem di PAC Ansor Kertasari sudah selesai, pihaknya baru akan melibatkan pengurus anak cabang lain di kabupaten Bandung. “Insyaallah dari pengurus cabang di kabupaten lain juga yang memiliki daerah sentra sayur,” cetusnya.
Nurfasi mengaku bangga karena program ini lahir dari kreativitas kader-kader PAC Kertasari, sementara Bidang Ekonomi PW Ansor Jabar hanya mengarahkan dan fasilitator untuk pola kerja sama dengan pihak lain.
“Itupun sifatnya bukan sumbangan, tetapi business to business, karena para kader memang sudah siap dan layak,” tandasnya. (Muhammad Zidni Nafi’/Mahbib)